Batik Nusantara memiliki berbagai ragam motif, namun yang paling banyak digemari dan merupakan motif yang khas adalah motif batik Solo yaitu ada lima motif, diantaranya motif Sido Asih dengan motif geometris berpola dasar segi empat dengan arti keluhuran, motif Ratu Ratih yang diambil dari kata ratu patih, yang menggambarkan kemuliaan, motif Parang Kusuma yang merupakan motif diagonal berupa garis berlekuk-lekuk yang berarti bunga, motif Bokor Kencana yaitu motif geometris berpola dasar yang berbentuk lung-lungan yang berarti harapan, keagungan, dan kewibawaan, motif Sekar Jagad yang merupakan perulangan geometris dengan cara ceplok yang mengandung arti keindahan dan keluhuran kehidupan di dunia.
Berdiskusi tentang macam-macam batik di Indonesia, ada beberapa cara pengelompokannya. Yang pertama adalah berdasarkan motif batiknya, dikategorikan berdasarkan cara pembuatannya serta berdasarkan daerah asalnya. Agar anda sebagai masyarakat awam dapat memahami tentang berbagai macam batik yang ada di Indonesia, maka sebaiknya mulai mengenal ragam motif batik secara detail dari masing-masing pengelompokannya berdasarkan daerah asal.
Di bawah ini kami berikan sedikit informasi tentang motif batik berdasarkan daerah asal selain motif batik Solo tersebut di atas, simak ulasan singkatnya :
1). Batik Bali.
Batik Bali masih sedikit yang mengenal di masyarakat Indonesia kelas menengah ke atas. Hal ini disebabkan Bali lebih banyak menyimpan potensi motif dan desain lokal saja, namun ada juga beberapa diantaranya adalah perkawinan motif dalam negeri dan luar negeri tapi harganya relatif sangat mahal. Sampai saat ini, harga pasaran untuk selembar batik tulis Bali yang memiliki kualitas bagus harganya kisaran Rp. 350.000 sampai dengan Rp. 2.000.000. Faktor yang menyebabkan harga kain mahal adalah batik-batik tersebut didesign langsung dengan tangan dan menggunakan bahan pewarna alami seperti Batik Bali rancangan Ida Ayu Pidada (dengan merk “Batik Wong Bali“) atau oleh A.A Inten Trisna Manuambari (dengan merk “Diamanta“).
Dalam bahasa Inggris, dikenal tehnik membatik disebut dengan wax-resist dyeing. Dalam bahasa Indonesia diartikan dengan pencelupan kain dengan memakai bahan-bahan perintang warna berupa malam (wax). Teknik ini hanya diterapkan di atas bahan-bahan yang terbuat dari serat alami seperti katun, sutra, dan wol. Jika ada kain batik yang pembuatan corak dan pewarnaannya tidak menggunakan teknik wax-resist maka dinamakan kain bercorak batik, bukan kain batik. Kain bercorak batik pada umumnya dibuat dalam skala industri dengan teknik cetak atau print. Sedangkan motif Bali banyak menerapkan tehnik wax-resist.
2). Batik Tuban.
Batik tulis tradisional Tuban merupakan suatu karya budaya yang keberadaannya saat ini masih banyak diburu oleh masyarakat sebab mengandung unsur-unsur estetik yang ditampilkan dalam nuansa cukup tinggi, juga terselip nilai budaya dalam karya ini terlihat sangat jelas, sehingga batik tulis tradisional Tuban merupakan suatu produk yang memiliki kekhasan tersendiri.
Mengingat semakin menipisnya anggota masyarakat dalam menekuni profesi ini karena kurang komersil, maka potensi dan keberadaan produk-produk tradisonal batik motif Tuban jarang dikembangkan secara ekonomis sehingga perlu dilestarikan. Tuban sebagai salah satu wilayah di bagian Timur dari pulau jawa, mempunyai satu corak kebudayaan yang unik, dalam sejarah wilayah ini telah masuk 3 tata nilai kebudayaan yang berpengaruh besar terhadap beragam karya seni yang dihasilkan oleh warga setempat dan sampai sekarang budaya mereka masih tetap eksis dan sama-sama berkembang dengan budaya dari luar pulau. Ketiga kebudayaan tersebut di atas adalah :
- Jawa dalam kekuasaan jaman Majapahit (sekitar abad XII – XIV).
- Islam, karena di wilayah ini, hidup seorang ulama besar bernama Sunan Bonang (sekitar tahun 1465 - 1525 M).
- Tiongkok (Cina), karena di Tuban lah beberapa laskar tentara Kubalai Khan melarikan diri dari kekalahannya pada saat menyerang pulau Jawa di awal abad XII, sampai saat ini masyarakat keturunan di sini suka bermukim di Tuban.
Proses interaksi ketiga kebudayaan di atas berlangsung sekian lamanya hingga sekarang dan sangat mempengaruhi pola kehidupan masyarakat Tuban dalam berkarya.
Motif batik Tulis tradisional Tuban, jika lebih hati-hati dicermati, terlihat jelas motif-motif yang dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya Jawa, Islam, dan Tiongkok. Ada gambar burung Hong dari pengaruh budaya Tiongkok. Sedangkan motif bunga terlukis motif-motif tradisional yang sejak lama dibuat di hampir seluruh wilayah pulau Jawa. Sedangkan pengaruh Islam pada motif batik tulis Tuban terlihat pada motif dengan lambang religius seperti hewan kijing dalam posisi miring.
Pada jaman dahulu, batik tulis hanya digunakan untuk upacara-upacara tradisional masyarakat Tuban seperti sedekah bumi, pernikahan, atau pemakaman. Pada perkembangan jaman hingga sekarang ini, penggunaan batik tulis Tuban tidak hanya untuk upacara-upacara adat saja, namun telah meluas pada penggunaan lainnya seperti taplak meja, sarung bantal, dekorasi ruang, hiasan dinding, model baju modis untuk pria dan wanita.
Dari beberapa nilai menonjol tersebut di atas, jelaslah bahwa batik tulis tradisional Tuban memiliki ciri khas yang unik dan wajib dilestarikan keberadaannya apalagi potensi pengembangannya sangat prospektif.
3). Batik Cirebon.
Secara umum, batik Cirebon termasuk ke dalam kelompok batik Pesisiran. Tetapi bisa juga dikelompokkan ke dalam batik “Kraton” atau batik istana, dimana di Cirebon memiliki dua istana yaitu Istana Kasepuhan dan Kanoman Palace. Berdasarkan sejarahnya, kedua istana ini memiliki sejumlah desain batik Cirebonan Klasik yang dilakukan oleh beberapa desa Trusmi dan masih dilestarikan hingga saat ini (motif seperti Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Patran Kangkung, Singa Payung, Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas, Sawat Penganten, Katewono, Gunung Giwur, Simbar Menjangan, Simbar Kendo, dll).
Karakteristik yang dimiliki oleh batik Cirebon pada umumnya termasuk motif wadasan (batu), ada unsur dekorasi, bentuk awan di bagian yang disesuaikan dengan motif utama, serta terdiri dari warna-warna lebih muda di latar belakang kain secara keseluruhan dibandingkan dengan warna garis pada motif utama dan biasanya dilukis rapi atau penerapan tehnik pewarnaan yang jarang digunakan dalam proses manufaktur secara umum sehingga bebas noda yang disebabkan oleh penggunaan lilin batik-line dalam kondisi rusak. Warna dominan adalah kuning (Sogan Scrub), warna dasar, hitam dan krim, atau gelap merah, biru tua, kain hitam dengan warna dasar krem atau putih gading. Beberapa bagian kain latar belakang cenderung dibiarkan kosong tanpa diisi dengan ornamen.
Sedangkan macam-macam motif batik berdasarkan tehnik pembuatannya, dikenal beberapa jenis motif batik seperti batik tulis, batik cap, batik lukis, batik dan pengenalan motif batik berdasarkan motif atau coraknya seperti batik Kraton, batik Sudagaran, batik Cuwiri, batik Tambal, batik Sekar Jagad, dan batik Kawung (banyak ditemukan pada batik Solo). Anda perlu mengetahui untuk berbagai tujuan sehingga mampu memilih motf batik mana yang sesuai dengan selera anda dan tidak bingung saat berada di pusat batik untuk membeli selembar kain atau busana yang siap pakai sehingga tidak salah pilih.