Segala Informasi Mengenai Batik Kami Hadirkan Untuk Anda

Batik Eceng Gondok Karya Seniman Batik Asal Jogja

Membatik tidak hanya bisa dilakukan pada selembar kain saja. Seiring perkembangan jaman, membatik sekarang banyak diaplikasikan di berbagai macam media seperti kerajinan kayu, gerabah, dan lain sebagainya. Bahkan seniman asal Yogyakarta (Jogja) telah berhasil membuat sebuah karya indah dengan membuat motif batik di atas anyaman eceng gondok.
Batik Eceng Gondok Karya Seniman Batik Asal Jogja
Emiyati, istri Soepriyanto menunjukkan hasil contoh batik dengan eceng gondok
Photo by : koran-sindo.com
Salah satu seniman asal Jogja yang menjadikan eceng gondok sebagai media membatik adalah Soepriyatno. Seorang warga Krapyak Wetan RT 05, Desa Panggunghajo, Kecamatan Sewon, Bantul. Bukan hanya menggunakan eceng gondok untuk membatik, Soepriyanto juga membawa hasil karyanya ke negeri Belanda

Keberhasilan Soepriyanto tidak diraih begitu saja, beliau sudah berusaha mengeksplorasi batik dengan eceng gondok sejak tahun 2000. Dibantu oleh istrinya, Soepriyanto banyak melakukan eksperimen untuk mendapatkan hasil agar sesuai dengan apa yang diharapkan. Gagal adalah hal biasa, namun dia terus berusaha dan terus mencoba. Setelah melalui berbagai percobaan, akhirnya Soepriyanto mendapatkan hasil yang sempurna.

Proses pembuatan batik di atas media eceng gondok sedikit berbeda dengan membatik di atas kain. Tahap pertama dimulai dengan membuat pola di atas anyaman eceng gondok. Kemudian pola yang sudah terbentuk tinggal dibatik menggunakan alat bernama canting.

Setelah proses batik selesai, yang terakhir adalah menjahit bagian tepi secara keseluruhan dengan kain blaco untuk mempercantik penampilan batik eceng gondok. Batik eceng gondok siap dijadikan sebagai penghias ruangan dengan menempelkannya di dinding.

Kebanyakan motif batik yang dibuatnya bertemakan tentang Pulau Bali, seperti Dua Gadis Bali, Gadis Pembawa Buah, dan Penari Bali. Soepriyanto berusaha memperkenalkan karyanya kepada masyarakat dan dunia. Pada tahun 2002, beliau mengikuti pameran Inacraft, Icraft, dan Furnicraft di Jakarta. Dan pada tahun 2003, Soepriyanto mengikuti pameran di Belanda dengan membawa kurang lebih 50 buah karyanya yang semuanya ludes terjual.

Tidak heran kalau Jogja mendapat gelar sebagai Kota Batik Dunia. Kota budaya ini begitu kental dengan aroma batik. Bahkan warisan nenek moyang ini telah turun-temurun dan selalu dilestarikan. Berbagai inovasi selalu muncul setiap harinya, seakan memanjakan para pecinta batik agar selalu dapat mencintai batik.

Demikian kisah singkat yang mungkin dapat menginspirasi kita semua.

 
Back To Top